Kamis, 07 Januari 2010

Agar Tetap Bahagia Dalam Berumahtangga

Setiap orang berumah tangga adalah mereka ingin mendapatkan kebahagiaan lahir batin banyak pasangan yang berhasil melakukannya ketika mereka berkomitmen dan melakukan komitmennya. Apa sih komitmen berumah tangga simak ilustrasi ini.
Ada seorang keponakan yang bertanya pada pamannya yang sudah tua renta tapi mereka masih tetap hidup rukun dan bahagia. “ Paman mengapa paman tetap rukun dan tampak bahagia dalam kehidupan rumah tangga paman ? “tanya si keponakan. Sang Paman menjawab “ karena kami bersepakat untuk bahagia” jawab si paman. Apa itu sepakat berbahagia ? “ Tanya si ponakan . “Setiap keputusan ada konsekwensinya tak terkecuali keputusan untuk bahagia, yang mudah saja misalnya: kalau bertengkar membuat tidak bahagia janganlah bertengkar, alih-alih bertengkar berdiskusi dan samakan persepsi itu lebih baik, dari pada ngotot mengalah lebih baik, tak ada pendapat yang salah yang berbeda adalah cara kita memandang, coba berpikir sejenak lihat faktanya maka kitapun akan memaklumi dibuatnya”. Demikian uraian si paman. Ada yang lain Paman ? Tanya si ponakan. “ Ada “ jawab si paman. “Apa itu?” Tanya si ponakan .”akui keberadaan dan peran masing-masing; suami mengakui keberadaan istri demikian juga istri mengakui keberadaan suami, keduanya punya peran dan tangungjawab sebatas ia mampu melakukan sesuai keadaannya, tidak menuntut sesuatu yang berada di luar jangkauan, tidak membandingkan dengan keberadaan orang lain, yang disini adalah suami atau istrinya yang disana adalah suami atau istri orang lain, rumah tangga itu unik sebagaimana juga keunikan individu”. Demikian jawaban si Paman sambil tersenyum.
Walaupun kita hidup di jaman modern, sebagai orang Islam tetap kita merujuk semua jalan hidup atau pedoman hidup kita pada apa yang diajarkan oleh Alloh dan RosulNya , “ sebaik-baiknya petunjuk/pedoman/patokan adalah petunjuknya Muhamad SAW” Al-Hadis. Suami agar bisa mengatur adil harus berilmu (ilmu agama), istri untuk thoat bil ma’ruf harus berilmu. Jika kita tidak tahu cara termudah adalah bertanya, cara lain adalah membaca lebih afdhol lagi berguru. Maka sesibuk apapun baiknya dalam hidup ini ada jadwal mengaji, agar kita tak kehilangan pedoman dan visi kita jelas dalam hidup ini.
Berdasarkan pandangan effort (usaha), suami atau istri adalah merupakan pilihan dan keputusan kita, semua kembali pada kita. Dalam pandangan eksistensi humanis yang jadi keputusan sendiri adalah harus jadi tanggung jawab diri, artinya kebahagiaan atau kesusahan lebih banyak ditentukan oleh upaya kita sendiri, jika kita telah memilih yang terbaik proses sudah dilakukan ternyata ada beberapa kekurangan dikemudian hari itu namanya “qodar”, disini kita harus yakin jangan ngotot sebab hidup adalah menjalani tulisan, demikian berdasarkan keyakinan kita. Namun ketika kita masih melihat celah usaha untuk memperbaiki lalkukanlah sampai berhasil atau sampai waktunya habis, mungkin karena tutup usia atau tenggat waktu sudah habis.
Ada kalanya kita berada dalam suatu kondisi yang tidak dapat di ubah. Jika demikian adanya kita harus pandai memilih respons yang tepat dengan cara memberikan makna terbaik dari kondisi itu guna pertama adalah agar sensasi dari kejadian itu dirasakan lebih nyaman hal ini dicontohkan oleh seorang saleh, ketika ia diberhentikan dari pekerjaannya ia berkata “ inilah yang terbaik dari Alloh untuk saya”, coba katakan demikian ketika kiita terjadi kegagalan, maka sumpah serapah akan enyah dari kata-katanya, keteguhan dan penerimaan akan cepat dirasakan ketegangan emosi akan mereda, ide baru tentang makna kejadian dan hikmah akan menyusul dirasakan dan menjadi energi kebahagiaan yang tiada habisnya, potensi demikian itu berada pada setiap individu yang berpikir. Inilah salah satu makna kebenaran bahwa “Alloh berada dibalik prasangka hambanya”.